Connect with us

Politik

TNI Diminta Tidak Melindungi Tentara yang Menembak Mati 3 Polisi di Lampung, Terlalu Kejam

Kemarahan publik yang besar memicu seruan akan keadilan setelah seorang tentara menembak mati tiga polisi di Lampung, mempertanyakan akuntabilitas militer dan meningkatkan kekhawatiran yang mendesak.

military urged accountability for shooting

Pada tanggal 17 Maret 2025, sebuah insiden mengejutkan terjadi di Way Kanan, Lampung, di mana prajurit Peltu Lubis diduga menembak dan membunuh tiga polisi selama penggerebekan perjudian sabung ayam. Yang meninggal, yaitu Iptu Lusiyanto, Bripka Petrus Apriyanto, dan Bripda Ghalib Surya Ganta, mengalami luka tembak fatal di kepala dan dinyatakan meninggal di lokasi. Peristiwa tragis ini telah memicu kemarahan publik yang signifikan, terutama mengingat seorang anggota militer Indonesia (TNI) terlibat dalam tindakan kekerasan seperti itu.

Sebagai warga yang mencari keadilan dan pertanggungjawaban, kita tidak bisa mengabaikan implikasi dari insiden ini. Keterlibatan militer dalam operasi polisi menimbulkan pertanyaan serius tentang batasan otoritas dan penghormatan terhadap kehidupan. Penegakan hukum seharusnya tidak pernah berubah menjadi kekerasan, terutama ketika melibatkan mereka yang bersumpah untuk melindungi publik.

Kehilangan tiga petugas polisi dalam satu insiden bukan hanya tragedi; ini adalah panggilan bangun mengenai pertanggungjawaban militer dan kebutuhan akan pengawasan. Setelah kejadian tersebut, Peltu Lubis ditahan oleh polisi militer, tetapi banyak dari kita yang bertanya-tanya apakah ini cukup. Investigasi yang sedang berlangsung, yang bertujuan untuk mengungkap keterlibatan pihak TNI lainnya, harus dilakukan secara menyeluruh dan transparan.

Publik berhak tahu tidak hanya apa yang terjadi tetapi juga bagaimana masalah sistemik mungkin telah berkontribusi pada peristiwa mengerikan ini. Tanpa pertanggungjawaban, kita berisiko membiarkan insiden serupa terjadi di masa depan. Anggota Parlemen Indonesia telah menggemakan kemarahan kami, menuntut agar TNI tidak melindungi prajurit yang terlibat.

Mereka telah menyebut tindakan tersebut sebagai barbar, dan kami sangat setuju. Melindungi individu yang melakukan kekejaman seperti itu merusak inti keadilan dan menumbuhkan lebih banyak ketidakpercayaan terhadap institusi yang seharusnya menegakkan hukum. Saat kita merenungkan insiden ini, jelas bahwa hubungan antara militer dan polisi harus diteliti.

Kita tidak bisa membiarkan narasi bergeser untuk membenarkan kekerasan dalam keadaan apa pun, terutama ketika menyangkut nyawa para pelayan publik. Tuntutan atas pertanggungjawaban militer bukan hanya permintaan untuk keadilan; ini adalah seruan untuk pelestarian nilai-nilai kolektif kita. Di masa-masa sulit ini, mari bersatu dalam mengejar transparansi dan pertanggungjawaban.

Kita harus memastikan bahwa pengorbanan Iptu Lusiyanto, Bripka Petrus Apriyanto, dan Bripda Ghalib Surya Ganta tidak sia-sia, dan mereka yang bertanggung jawab atas kematian mereka dihukum seberat-beratnya sesuai hukum.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Trending