Politik
Pertemuan Dengan DPR, Koalisi Sipil Menolak Menulis Ulang Sejarah Indonesia
Pemerintah menghadapi perlawanan keras dari koalisi sipil saat mereka berusaha mengubah sejarah Indonesia, menimbulkan pertanyaan penting tentang narasi mana yang akan menang.

Seiring dengan langkah Pemerintah Indonesia yang sedang maju dengan rencana kontroversial untuk menulis ulang sejarah, kita berada di sebuah titik kritis di mana suara rakyat haruslah tidak dibungkam. Koalisi sipil, Aliansi Keterbukaan Sejarah Indonesia (AKSI), berdiri teguh menentang inisiatif ini, menganggapnya sebagai upaya untuk memberlakukan interpretasi tunggal terhadap masa lalu bangsa kita. Rencana ini mengancam untuk mengubah narasi sejarah kita, mengabaikan berbagai perspektif yang telah membentuk identitas Indonesia.
Dalam sebuah dengar pendapat umum yang berlangsung pada 19 Mei 2025, perwakilan dari AKSI menyampaikan keprihatinan mendalam tentang kontrol pemerintah atas narasi sejarah. Mereka berargumen bahwa kontrol ini berisiko menghapus kekayaan pengalaman yang membentuk memori kolektif kita. Sejarah bukan hanya sekadar rangkaian kejadian; ia adalah esensi dari siapa kita, sebuah refleksi dari perjuangan, keberhasilan, dan berbagai suara yang layak didengar.
Dengan berusaha menulis ulang sejarah, pemerintah tidak hanya mengabaikan suara-suara tersebut tetapi juga menumbuhkan lingkungan di mana kecenderungan otoritarian dapat berkembang. Manifesto AKSI menekankan perlunya memasukkan suara dan pengalaman rakyat dalam catatan sejarah kita. Mereka mengingatkan kita bahwa sejarah mencerminkan memori dan identitas bersama kita.
Ketika kita membiarkan narasi tunggal mendominasi, kita berisiko kehilangan kedalaman dan nuansa yang berasal dari beragam sudut pandang. Proyek penulisan ulang sejarah ini, mereka peringatkan, dapat mengarah pada ketegangan sosial, karena hal ini merusak dasar-dasar prinsip demokrasi yang kita usahakan untuk tegakkan.
Kita harus tetap waspada terhadap manipulasi sejarah demi kepentingan politik. Bahaya dari narasi yang homogen ini melampaui sekadar perdebatan akademik; ia memiliki dampak nyata bagi masyarakat kita. Pandangan sejarah yang sempit dapat menciptakan perpecahan di antara kita, menumbuhkan kesalahpahaman dan konflik.
Kita harus merangkul sejarah yang sebanyak dan semeriah populasi kita, yang mengakui dan menghormati pengalaman dan interpretasi yang berbeda. Memori kolektif kita adalah alat yang kuat, yang dapat menyatukan atau memecahbelah.
Seiring kita menavigasi momen penting ini, sangat penting bagi kita untuk mendukung AKSI dan memperjuangkan pendekatan inklusif terhadap sejarah bangsa kita. Dengan melakukan hal ini, kita menghormati kompleksitas masa lalu dan memastikan generasi mendatang mewarisi pemahaman yang kaya dan beragam tentang siapa kita sebagai orang Indonesia.
Jangan biarkan sejarah kita ditulis ulang tanpa suara kita.