Connect with us

Ekonomi

Analis Mengatakan Siklus Pasar Bull Bitcoin Telah Berakhir

Ikhtisar pasar Bitcoin saat ini menunjukkan bahwa siklus banteng mungkin telah berakhir; apa artinya ini untuk pergerakan harga di masa depan?

bitcoin bull market ended

Saat kita menganalisis keadaan terkini Bitcoin, menjadi jelas bahwa siklus pasar bull kemungkinan telah berakhir. Ki Young Ju, CEO dari CryptoQuant, telah menunjukkan bahwa kita harus mengharapkan tren harga yang stagnan atau bahkan bearish selama 6-12 bulan ke depan. Wawasan ini sejalan dengan momentum yang melemah yang telah kita amati sejak harga Bitcoin mencapai puncak di atas $109,000 pada Januari 2025. Saat ini, harga tersebut berada di sekitar $82,800, mencerminkan penurunan lebih dari 23%.

Data tersebut menceritakan cerita yang meyakinkan. Meskipun volume perdagangan mendekati $100,000, harga Bitcoin telah stagnan. Kestagnanan ini menimbulkan kekhawatiran tentang likuiditas pasar; tanpa modal baru yang masuk ke ruang ini, tekanan jual besar dari investor yang ada bisa mendominasi pasar. Kita telah melihat ini sebelumnya di pasar bear, di mana likuiditas mengering dan harga jatuh. Sinyal bearish jelas, dan mereka menggambarkan gambaran yang mengkhawatirkan bagi mereka yang berharap untuk pemulihan cepat.

Selanjutnya, analisis Z-score Rasio MVRV menunjukkan bahwa Bitcoin mungkin terlalu banyak dibeli pada level saat ini. Penurunan menuju tanda $63,000 terlihat masuk akal, terutama ketika kita mempertimbangkan bahwa dukungan signifikan berada di antara $75,000 dan $78,000. Namun, jika pasar terus kekurangan likuiditas baru, bahkan level dukungan ini mungkin akan diuji.

Penting bagi kita sebagai investor untuk mempertimbangkan tren dan sinyal ini. Ketidakhadiran likuiditas baru adalah masalah. Tanpa modal segar, kita berisiko mengalami penurunan yang berkepanjangan, meskipun kita mungkin berharap untuk kebangkitan aktivitas bullish. Kenyataannya adalah bahwa aktivitas perdagangan telah menurun, dan pasar tampaknya sedang mengkonsolidasikan daripada maju.

Mengingat temuan ini, kita harus tetap waspada. Berakhirnya siklus pasar bull bukan hanya hambatan sementara; itu bisa menandakan perubahan yang lebih signifikan dalam dinamika pasar. Menganalisis data mengarahkan kita pada kesimpulan bahwa kita perlu bersiap untuk periode perdagangan sideways yang mungkin panjang, bahkan mungkin fase bearish.

Fokus kita harus beralih ke memahami bagaimana menavigasi lanskap ini, mengenali pentingnya likuiditas pasar dan implikasi dari sinyal bearish. Saat kita melihat ke depan, kita harus siap untuk menyesuaikan strategi kita untuk melindungi kepentingan kita dan membuat keputusan yang tepat dalam lingkungan pasar yang berubah.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ekonomi

Kerangka Mingguan: Badai Pemutusan Hubungan Kerja Massal Mengguncang Tenaga Kerja

Terlilit oleh PHK massal, Indonesia menghadapi krisis tenaga kerja; temukan penyebab mendasar dan apa yang akan datang bagi ekonomi.

PHK massal mengguncang tenaga kerja

Saat kita menavigasi awal tahun 2025, badai PHK yang melanda Indonesia telah meninggalkan jejak yang signifikan di pasar tenaga kerja, dengan lebih dari 24.000 pekerja kehilangan pekerjaan hanya dalam empat bulan pertama. Setiap hari, berita membawa kisah-kisah dari perusahaan besar seperti Nissan, Microsoft, dan Google yang mengumumkan pengurangan tenaga kerja secara substansial. PHK ini menunjukkan tantangan keuangan yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan tersebut di tengah tantangan ekonomi, yang berdampak langsung dan mendalam pada pasar kerja.

Dampak ekonomi dari PHK ini melampaui sekadar kehilangan pekerjaan sementara. Saat kita menilai situasi saat ini, terlihat bahwa angka pengangguran telah melonjak menjadi 7,28 juta per Februari 2025. Statistik yang mengkhawatirkan ini mencerminkan meningkatnya angka pengangguran, bukan hanya sebagai angka, tetapi sebagai krisis nyata yang mempengaruhi keluarga dan komunitas di seluruh Indonesia.

Klaim Asuransi Pemutusan Kerja (JKP) juga meningkat sebesar 100% secara tahun-ke-tahun, menegaskan semakin banyaknya pengangguran dan tingkat keparahan krisis tenaga kerja yang kita alami bersama.

Kita perlu mempertimbangkan apa arti semua ini bagi pasar tenaga kerja ke depan. Lebih dari sekadar angka, PHK ini mewakili perubahan dalam lanskap ketenagakerjaan. Dampak ekonomi yang terjadi bersifat berantai, menimbulkan gelombang yang tidak hanya mengganggu kehidupan mereka yang langsung terdampak tetapi juga ekonomi secara lebih luas.

Dengan berkurangnya jumlah tenaga kerja, pengeluaran konsumen kemungkinan akan menurun, memperberat beban bisnis dan menyebabkan siklus PHK dan penurunan aktivitas ekonomi yang berkelanjutan.

Sehubungan dengan perkembangan ini, para ahli dan pejabat pemerintah mendesak secara mendesak reformasi kebijakan dan langkah-langkah untuk menciptakan peluang kerja. Jelas bahwa kita tidak bisa tetap pasif menghadapi krisis tenaga kerja ini.

Kita harus mendukung inisiatif yang tidak hanya membantu mereka yang kehilangan pekerjaan tetapi juga merangsang pertumbuhan di pasar tenaga kerja. Ada kebutuhan mendesak akan solusi inovatif yang dapat membangun ketahanan ekonomi kita dan memastikan kita keluar dari badai ini dengan lebih kuat.

Continue Reading

Ekonomi

Ketua LPS Ungkap Rahasia: Ekonomi SBY Tumbuh 6%, Sementara Jokowi 5%

Di balik permukaan kebijakan ekonomi Indonesia terdapat kisah pertumbuhan yang kontras; rahasia apa yang diungkap SBY untuk lonjakan sebesar 6%?

pertumbuhan ekonomi perbandingan mengungkapkan

Selama masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Indonesia mengalami tingkat pertumbuhan ekonomi yang signifikan sebesar 6%, menunjukkan efektivitas kebijakan yang memprioritaskan keterlibatan sektor swasta. Pertumbuhan ini sangat kontras dengan pemerintahan berikutnya di bawah Jokowi, yang meskipun menitikberatkan pada pembangunan infrastruktur, mencatat tingkat pertumbuhan yang lebih rendah sekitar 5%. Dengan fokus pada sektor swasta, pemerintahan SBY menciptakan lingkungan di mana bisnis dapat berkembang, yang akhirnya menghasilkan pertumbuhan kredit sebesar 20% dari tahun ke tahun.

Salah satu ciri khas dari strategi ekonomi SBY adalah ketergantungan pada sektor swasta sebagai penggerak utama pertumbuhan. Pendekatan ini terbukti sangat menguntungkan karena tidak hanya merangsang aktivitas ekonomi tetapi juga menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap perekonomian. Jumlah uang beredar M0, yang mewakili jumlah uang tunai dalam suatu ekonomi, tumbuh dengan angka dua digit selama masa jabatan SBY. Peningkatan yang substansial ini menunjukkan likuiditas yang kuat dan sistem perbankan yang kokoh, yang sangat penting bagi ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan berkelanjutan.

Sebaliknya, fokus Jokowi pada proyek infrastruktur, meskipun penting untuk pembangunan jangka panjang, tidak menghasilkan hasil ekonomi langsung seperti yang terlihat selama masa pemerintahan SBY. Investasi infrastruktur sering membutuhkan waktu untuk berubah menjadi manfaat ekonomi yang terukur, sementara kebijakan SBY memberikan dukungan langsung kepada sektor swasta, memungkinkan bisnis untuk berkembang dan berinovasi tanpa penundaan. Perbedaan pendekatan ini menyoroti pentingnya keseimbangan antara pengembangan infrastruktur dan inisiatif yang secara langsung merangsang perekonomian.

Selain itu, kebijakan yang diterapkan di bawah SBY dirancang untuk mempertahankan kepercayaan publik terhadap sistem perbankan. Dengan memastikan bahwa lembaga keuangan tetap sehat dan mampu mendukung pertumbuhan sektor swasta, pemerintah menciptakan lingkungan yang kondusif untuk investasi. Kepercayaan ini berujung pada meningkatnya ketersediaan kredit, memungkinkan bisnis mengakses dana yang diperlukan untuk ekspansi, inovasi, dan penciptaan lapangan kerja.

Saat kita menganalisis pendekatan yang berbeda ini, menjadi jelas bahwa ketahanan dan dinamisme sektor swasta memainkan peran penting dalam kinerja ekonomi Indonesia selama masa pemerintahan SBY. Penekanan pada pengembangan lingkungan bisnis yang dinamis, dipadukan dengan kebijakan moneter yang efektif, membangun fondasi yang kuat untuk pertumbuhan ekonomi negara.

Meskipun infrastruktur tidak diragukan lagi penting untuk kemakmuran jangka panjang, pemerintahan SBY menunjukkan bahwa memprioritaskan sektor swasta dapat memberikan manfaat ekonomi yang langsung dan signifikan, sebuah pelajaran yang patut dipertimbangkan saat kita menavigasi strategi ekonomi di masa depan.

Continue Reading

Ekonomi

Rupiah Menghantam Dolar ke Level Rp 16.400-an

Rupiah mencapai Rp 16.400 terhadap Dolar, mengisyaratkan potensi perubahan ekonomi yang dapat memengaruhi lanskap pasar Indonesia. Apa langkah selanjutnya untuk mata uang tersebut?

rupiah menguat terhadap dolar

Rupiah Indonesia menguat terhadap Dolar AS, kini diperdagangkan sekitar Rp 16.400 per USD, menandai apresiasi sebesar 0,49%. Pergerakan naik ini cukup signifikan, terutama karena Rupiah sempat berfluktuasi antara Rp 16.439 dan Rp 16.474 selama periode ini.

Saat kita menganalisis tren mata uang ini, sangat penting untuk memahami dampak ekonomi yang memengaruhi kinerja tersebut. Data ekonomi AS yang lemah yang dirilis pada 15 Mei memainkan peran utama dalam kenaikan Rupiah akhir-akhir ini. Penurunan dalam penjualan ritel dan produksi industri menimbulkan kekhawatiran tentang kesehatan ekonomi AS. Akibatnya, ini menciptakan situasi di mana Rupiah dapat memanfaatkan kerentanan Dolar AS.

Interaksi antara mata uang ini menunjukkan bagaimana indikator ekonomi eksternal dapat memengaruhi mata uang lokal, menyoroti saling keterkaitan pasar global. Analis optimis terhadap prospek Rupiah, memperkirakan bahwa mata uang ini bisa menguat lebih jauh, berpotensi stabil di sekitar level Rp 16.400. Outlook ini didukung oleh tren yang sedang berlangsung di pasar mata uang, di mana Dolar AS menunjukkan kinerja yang beragam terhadap mata uang utama lainnya. Terutama, Dolar AS mengalami penurunan terhadap Yen Jepang dan Won Korea Selatan, menunjukkan bahwa apresiasi Rupiah bukanlah kejadian yang terisolasi, melainkan bagian dari pergeseran yang lebih luas dalam dinamika mata uang.

Saat kita melihat lebih dalam lagi dampak ekonomi dari penguatan Rupiah ini, kita harus mempertimbangkan bagaimana hal ini memengaruhi berbagai sektor di Indonesia. Mata uang yang lebih kuat dapat menyebabkan impor menjadi lebih murah, menguntungkan konsumen dan bisnis yang bergantung pada barang impor. Namun, hal ini juga dapat menimbulkan tantangan bagi para eksportir, karena produk mereka menjadi relatif lebih mahal di pasar global. Menyeimbangkan faktor-faktor ini sangat penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Selain itu, pemerintah Indonesia dan bank sentral perlu memantau tren mata uang ini secara ketat. Mereka harus tetap waspada agar Rupiah tidak menguat terlalu cepat, yang dapat merugikan daya saing ekspor ekonomi. Menjaga stabilitas nilai tukar sambil mendorong pertumbuhan ekonomi merupakan sebuah tantangan yang memerlukan penyesuaian kebijakan secara hati-hati.

Continue Reading

Berita Trending